Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Music. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Music. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Maret 2016

artikel band Sheila on 7

Awal Berdirinya Band ~ Band yang berasal daerah Yogyakarta ini awalnya digawangi oleh Duta (Vokal), Adam (Bass) Eross (Gitar), Sakti (Gitar), Anton (Drum). Band Sheila On 7 berdiri pada 6 Mei 1996, awalnya sebelum mereka menciptakan lagu sendiri, mereka sering membawakan lagu-lagu band ternama pada waktu itu seperti lagu U2, Oasis, Bon Jovi, Gun’s N Roses dan sebagainya. Sudah pada tahu belum bahwa sebenarnya nama band mereka awalnya bukan Sheila On 7 melainkan Sheila Gank yang berarti Musikal diambil dari bahasa Celtic dan kemudian mereka ubah menjadi Sheila On 7 yang mempunyai arti 7 tangga nada dalam musik. Sedangkan nama Sheila itu diambil dari nama teman Eross, Adam dan Duta.
awal-berdirinya-band-sheila-on-7

Band ini sudah karap kali mengalami perubahan formasi, pada Oktober 2004 satu personel mereka yaitu Anton dikeluarkan karena dianggap tidak mematuhi kedisiplinan dalam band sehingga Brian menggantikannya sebagai Drummer Sheila On 7. Tak sampai disitu saja, pada Maret 2006, Sakti tiba-tiba mengundurkan diri dari band yang telah membesarkan namanya dan lebih memilih belajar ilmu agama di Pakistan.

Prestasi yang diraih oleh band ini selama awal karir mereka di belantika musik tanah air ialah mereka telah berhasil menjual album sebanyak satu juta copy pada tiga album mereka secara berturut-turut. Album mereka ini tak hanya sukses di tanah air saja bahkan ketiga album mereka ini juga ikut meledak di pasaran music Negara tetangga, Malaysia, Singapura, dan Brunei.

Album Perdana “Sheila On 7” Tahun 1999

  1. Tertatih
  2. Kita
  3. JAP
  4. Pe De
  5. Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki
  6. Dan
  7. Terlintas 2 Kata
  8. Berai
  9. Bobrok
  10. Perhatikan Rani

Album “Kisah Klasik Untuk Masa Depan” Tahun 2000

  1. Sahabat Sejati
  2. Bila Kau Tak Disampingku
  3. Sephia
  4. Just For My Mom
  5. Temani Aku
  6. Sebuah Kisah Klasik
  7. Pagi Yang Menakjubkan
  8. Lihat, Dengar, Rasakan
  9. Tunggu Aku Di Jakarta
  10. Karna Aku Setia
  11. Tunjuk Satu Bintang
  12. Selamat Tidur

Album “07 Des” Tahun 2002

  1. Tunjukkan Padaku
  2. Hingga Ujung Waktu
  3. Seberapa Pantas
  4. Seandainya
  5. Buat Aku Tersenyum
  6. Saat Aku Lanjut Usia
  7. Mari Bercinta
  8. Terimakasih Bijaksana
  9. Takkan Pernah Menyesal
  10. Tentang Hidup
  11. Bapak-Bapak
  12. Percayakan Padaku
  13. Pria Kesepian
  14. Waktu Yang Tepat Untuk Berpisah

Album “Ost. 30 Hari Mencari Cinta” Tahun 2003

  1. Melompat Lebih Tinggi
  2. Berhenti Berharap
  3. Kita
  4. Berai
  5. Mari Bercinta
  6. Untuk Perempuan
  7. Tunjuk Satu Bintang
  8. JAP
  9. Kisah Klasik
  10. Menyelamatkanmu

Album “Pejantan Tangguh” Tahun 2004

  1. Pejantan Tangguh
  2. Itu Aku
  3. Pemuja Rahasia
  4. Pilihlah Aku
  5. Briliant 3 X
  6. Tanyaku
  7. Generasi Patah Hati
  8. Coba Kau Mendekat
  9. Ketidakwarasan Padaku
  10. Pendosa
  11. Jangan Beri Tahu Niah
  12. Khaylila

Album “Jalan Terus” Tahun 2005

  1. Bertahan Disana
  2. Sekali Lagi
  3. Kita 
  4. Dan
  5. Sahabat Sejati
  6. Itu Aku
  7. Melompat Lebih Tinggi
  8. Pejantan Tangguh
  9. Pria Kesepian
  10. JAP
  11. Sephia
  12. Seberapa Pantas
  13. Berhenti Berharap
  14. Jalan Terus

Album “507” Tahun 2006

  1. Intro
  2. Radio
  3. Mantan Kekasih
  4. Ingin Pulang
  5. Kau Kini Ada
  6. Pemenang
  7. Bingkisan Tuhan
  8. Terlalu Singkat
  9. Terjamah Yang Lain
  10. Cahaya Terang
  11. Last Pretence

Album “Menentukan Arah” Tahun 2008

  1. Betapa
  2. Yang Terlewatkan
  3. Ibu Linda
  4. Jalan Keluar
  5. Mudah Saja
  6. Arah
  7. Lia Lia Lia
  8. Alasanku
  9. Segalanya
  10. Sampai Kapan

Album “Berlayar” Tahun 2011

  1. Have Fun
  2. Pasti Ku Bisa
  3. Hujan Turun
  4. On The Phone
  5. Hari Bersamanya
  6. Berlayar Denganku
  7. Perfect Time
  8. Kamus Hidupku
  9. Bait Pertama
  10. Hari Bersamanya

Album “Musim Yang Baik” Tahun 2014

  1. Selamat Datang
  2. Satu Langkah
  3. Buka Mata Dan Telinga
  4. Canggung
  5. My Lovely
  6. Beruntungnya Aku
  7. Lapang Dada
  8. Belum
  9. Musim Yang Baik
  10. Sampai Jumpa

Minggu, 13 Maret 2016

PSP dan PMR, Legenda Orkes Humor Indonesia

Bagi pembaca yang lahir lebih dari tahun 80 an mungkin tidak kenal siapa itu PMR dan siapa itu PSP, tapi bagi yang lahir sebelum era 80 an, mungkin sudah tak asing lagi dengan Kedua Grup orkes humor itu. PSP (Pancaran Sinar Petromaks) dan PMR (Pengantar Minum Racun) memanglah grup musik legendari tahun 80-an. kedua grup musik tersebut boleh dibilang sebagai legenda musik humor Indonesia karena memang musik yang diusung oleh mereka adalah tentang humor terkini, bukan lagu-lagu cinta yang selalu diusung grup musik masa kini.

PSP (Pancaran Sinar Petromaks)

Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (disingkat OM PSP) adalah grup musik dangdut humor asal Indonesia yang popular pada paruh akhir dekade 1970-an, terutama di kalangan mahasiswa. Grup musik ini seringkali tampil bersama-sama dengan Warkop pada masa jayanya. Selain sering memainkan dan memelesetkan lagu-lagu dangdut popular tahun 1960-an dan 1970-an (misalnya Siksa Kubur atau Seia Sekata), mereka juga dikenal dari lagu-lagu yang diciptakan sendiri, seperti Fatime dan Drakula. OM PSP dapat dianggap pelopor dangdut humor, subgenre yang masih disukai hingga sekarang.


Para personil OM PSP di antaranya adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berkampus di Rawamangun, Jakarta. Mereka adalah Rojali, Monos, James, Dindin, Aditya, Ade, dan beberapa orang lagi. Kepopuleran mereka diperkuat setelah kerap tampil bersama Warkop dalam program Warung Kopi di Radio Prambors, yang pada saat itu sangat disukai kalangan remaja dan mahasiswa Jakarta. Debut mereka pertamakali tampil di TVRI pada peringatan ulang-tahun TVRI di tahun 1978.

Setelah itu, mereka tampil dalam beberapa film yang juga lumayan sukses di pasaran. Hanya saja, kekuatan mereka adalah pada aransemen musik yang khas dan celotehan lirik lagu yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat. Ketika mereka memplesetkan lagu rakyat Skotlandia My Bonnie dengan irama Melayu, sangat jelas kelihatan proses kreatifnya yang amat tinggi, begitu pula saat mereka menyanyikan salah-satu lagu hits kelompok musik The Beatles (Can't Buy Me Love). Proses kreatif itu yang menjadikan karya-karya mereka sulit ditandingi oleh grup-grup serupa yang muncul pada kurun tahun belakangan.



PMR (Pengantar Minum Racun)


Orkes Moral Pengantar Minum Racun atau PMR adalah kelompok musik dangdut asal Indonesia yang terkenal di akhir tahun 80-an. Mereka terdiri dari Jhonny Iskandar (vokalis), Boedi Padukone (gitar), Yuri Mahippal (mandolin + cuk), Imma Maranaan (bass), Ajie Cetti Bahadur Syah (perkusi), Harri "Muke Kapur" (mini drum), dengan pimpinan Jhonny Iskandar yang juga dikenal dengan nama aliasnya Jhonny Madu Mati Kutu. Jhonny Iskandar lebih banyak dikenal oleh masyarakat karena penampilan khasnya yang selalu nyentrik dengan kaca mata berantainya.

http://sigitsusinggih.files.wordpress.com/2008/08/pmr.jpg
Mereka membawakan lagu-lagu yang berlirik humor seperti Judul-judulan dan Bintangku Bintangmu, dan lain-lain. PMR banyak memasukkan unsur humor, maka dari itu PMR tidak salah jika disebut Dangdut Komedi. Aspek komedi ini pula yang membuat mereka mempelesetkan singkatan OM dari Orkes Melayu menjadi Orkes Madun. Mereka juga merupakan salah satu pelopor genre ini di samping OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Jejak mereka juga banyak diikuti oleh band-band zaman sekarang ini seperti Pemuda Harapan Bangsa (PHB), Kornchonk Chaos, dll.

Sejarah Awal Berdirinya Band White Shoes & The Couples Company

Band ini terbentuk pada tahun 2002 dengan mengusung tema musik campuran seperti pop, funk, jazz. Hingga kini band ini telah merilis 2 album dan plus 1 mini album. Warna musik yang mereka bawakan terbilang unik dan sedikit sentuhan nada dari keyboard mainan anak-anak era tahun 70-an.
Sejarah-Awal-Berdirinya-Band-White-Shoes

Band White Shoes & The Couples Company dibentuk oleh 6 orang sahabat karib, yakni Saleh Husein (gitar & vokal), Aprilia Apsari (Vokal), Rio Farabi (Gitar & vokal), John Navid (Drummer & Vibes), Aprimela Prawidyanti (Piano, Viola, synth, keyboard, vokal). Ricky Surya Virgana (kontra bass, cello, bass, vokal). Keenam orang ini merupakan mahasiswa dari kampus yang sama di salah satu Universitas di Jakarta.

Debut album perdana mereka berhasil dirilis ditahun 2005 dengan nama album yang sama dengan nama grup musik mereka. Album ini berhasil dirilis dibawah naungan label Aksara Records. Dan kembali dirilis ulang oleh Minty Fresh ditahun 2007 di negara Amerika Serikat. Salah satu lagu mereka berhasil mengisi soundtrack film “Janji Joni” dan film “Berbagi Suami”.

Setelah mendulang sukses lewat album perdana mereka. White Shoes & The Couples Company kembali merilis album ditahun 2007. Kali ini mereka merilis mini album dengan tajuk "Skenario Masa Muda". Tema album ini mengambil latar perfilman Indonesia demi melestarikan film-film Indonesia masa lalu.

Di tahun 2010, White Shoes & The Couples Company kembali merilis album baru bertajuk "Vakansi". Album ini berisikan 13 lagu.

White Shoes & The Couples Company (album)

  1. Simple Overture
  2. Nothing to Fear
  3. Tentang Cita
  4. Windu & Defrina
  5. Runaway Song
  6. Sunday Memory Lane
  7. Brother John
  8. Senandung Maaf
  9. Senja
  10. Nothing to Fear (Woodwind Version)
  11. Topstar

White Shoes & The Couples Company “Skenario Masa Muda”

  1. Prelude
  2. Super Reuni
  3. ... Siapa Yang Salah?
  4. Pelan Tapi Pasti
  5. ...Foto Siapa?
  6. Roman Ketiga
  7. Today is No Sunday
  8. ... Kenapa Melarang Kesenangan Saya?
  9. Aksi Kucing

White Shoes & The Couples Company "Vakansi"

  1. Berjalan-jalan
  2. Zamrud Khatulistiwa
  3. Senja Menggila
  4. Selangkah Keseberang (feat. Fariz RM)
  5. Rented Room
  6. Kampus Kemarau
  7. Sans Titre
  8. Hacienda
  9. Masa Remadja
  10. Ye Good Ol' Days
  11. Vakansi (feat. Oele Pattiselanno)
  12. Kisah dari Selatan Jakarta
  13. Matahari

Artikel Arctic Monkeys







Sejarah rock penuh dengan momen-momen brilian. Chuck Berry punya ide menggabungkan country dengan blues. Bob Dylan membawa musik folk menjadi elektrik. Nikki Sixx menyadari bahwa lirik "Id say weve kicked some ass" dapat dibuat rima dengan "Id say were still kickin ass." Bagi Alex Turner dari Arctic Monkeys, ide cemerlangnya muncul di tahun 2005: Menjadi besar dengan berpikir kecil. Tulislah lagu-lagu Brit punk tentang kota membosankan yang mengurung kita, bar kecil yang susah dimasuki, gadis-gadis lokal yang ogah berdansa dengan kita. Begitu lagu-lagunya selesai dibuat, langsung dibagikan secara gratis di MySpace. Biarlah para penggemar menyebarluaskannya, tanpa harus melalui jalur promosi yang biasa. Jadilah sebuah sensasi global sebelum berusia 20 tahun. Bahkan Amerika merangkul band ini, walau tidak peduli apa arti "Mardy Bum".

Empat tahun telah berlalu sejak "I Bet You Look Good on the Dancefloor". Namun kesuksesan tidak membuat pandangan hidup Arctic Monkeys semakin cerah. Album ketiga mereka yang cemerlang penuh dengan observasi sinis Turner mengenai perilaku manusia – saat dia menatap mata kita dan berkata ketus, "What came first, the chicken or the dickhead?", itu bukan pujian. Spesialisasinya tetap adalah berpikir kecil, mengamati detail-detail seputar bagaimana orang-orang bekerja keras untuk mengacaukan kehidupan mereka. Kini dia bisa lebih mudah masuk ke bar, tapi dia terlalu banyak menghabiskan waktu di sana sehingga tidak menikmatinya. Wanita-wanita yang tidak menolaknya hanya membuatnya sedikit lebih seng-sara dibanding mereka yang menolaknya. Bahkan di saat dia menulis balada cinta megah seperti "Cornerstone", sebuah lirik romantis baginya adalah "I smelled her scent on the seat belt."


Band itu telah menjadi semakin berat, dengan mengambil inspirasi dari Black Sabbath, serta mendapat bobot tambahan dari Josh Homme, pentolan Queens of the Stone Age yang menjadi produser sebagai besar lagu ini di Gurun Mojave. Bottom end terasa lebih dahsyat, dengan banyak suara organ ala rumah hantu dan lengkingan gitar seperti lagu tema James Bond. Tempo-tempo menjadi semakin lambat; "Pretty Visitors" adalah satu-satunya lagu dengan irama punk khas mereka yang dulu. Tapi perbedaan terbesar adalah suara Turner yang semakin berat – kini dia menggunakan suara pelantun ironis yang telah menjadi sumber penghasilan bagi orang-orang cerdas asal Inggris Utara seperti Bryan Ferry, Morrissey dan Jarvis Cocker. Seperti dalam proyek sampingannya, The Last Shadow Puppets, Turner berlagak seperti penyanyi balada sensual pada lagu-lagu apik seperti "Crying Lightning", "Dance Little Liar" dan "Potion Approaching", dengan memperpanjang huruf hidup agar semakin menikmati lirik seperti "If I could be someone else for a week/Id spend it chasing after you."


Momen terbaik pada Humbug adalah "Cornerstone", sebuah balada ala Morrissey di mana dia tergopoh-gopoh dari satu bar ke bar lain, dan selalu bertemu dengan cewek-cewek yang mengingatkannya pada cewek yang dia ingin lupakan. Lagu ini mengingatkan pada lagu-lagu awal Arctic Monkeys, tapi lebih dewasa dengan kecerdasan pahit pada tiap bait: "I thought I saw you in the Rusty Hook/Huddled up in a wicker chair/I wandered over for a closer look/And kissed whoever was there." Dia belum pernah menulis lagu yang begitu memukul seperti ini; dia tidak bisa berpura-pura bahwa dia masih merupakan remaja resah yang berkeluyuran di kotanya, tapi dia juga tidak bisa berpura-pura bahwa kedewasaan telah memecahkan semua masalahnya. Semoga dia tetap sengsara seperti ini, setidaknya untuk beberapa album lagi.

Sejarah terbentuknya Arctic Monkeys adalah bukti dari dedikasi dan kerja keras. Jangan percaya apa kata media cetak - mereka tidak mendapat kejayaan dari media cetak atau media lain. Adalah bantuan dari fans dan talenta yang membawa mereka sampai tenar. Bagaimana band indie dari Sheffield ini bisa terkenal?

Semuanya bermulai dari hadiah gitar untuk Turner dan Cook pada perayaan natal 2001. Tahun 2002, mereka mulai berlatih dengan bassist Andy Nicholson dan drummer Matt Helders di garasi rumah Alex Turner dengan nama Bang Bang. Waktu itu, mereka hanya memainkan lagu-lagu dari Led Zeppelin dan menyanyi dengan aksen Amerika. Setelah bosan mengkover lagu-lagu orang lain, mereka mulai menulis lagu. Karena tidak ada yang mau menulis lirik, akhirnya Turner mendapat tugas menulis lagu, dan Bang Bang mengubah namanya menjadi Arctic Monkeys, yang oleh mereka dibuat karena Jamie Cook ingin berada dalam sebuah band yang bernama Arctic Monkeys. Saat ini, Alex dan Matt sudah bergabung dengan John McClure dalam sebuah band yang bernama Judan Suki, sekarang dikenal sebagai 1984.

"Membuat lirik itu sedikit sulit." ujar Alex. "Tidak ada yang mau mengaku bahwa mereka yang menulisnya, jadi kami meminta penyanyi lain untuk membuatnya. Tapi aku secara rahasia sudah menulis lirik sejak sekolah dan menikmatinya. Aku tidak pernah memberitahu orang, karena aku takut mereka mencemoohku!"






Alex Turner

Musim panas 2003 Arctic Monkeys mulai tampil di berbagai acara. Alex mengatakan ke Alan Smyth dari studio 2Fly bahwa dia memiliki band lain dengan Andy dan Jamie dan berencana untuk merekam beberapa lagu. Arctic Monkeys kemudian merekam 20 lagu dengan Alan Smyth dan menyelesaikannya tanggal 23 Oktober 2004.

Meski mereka sudah bersama sejak 2002, AM menginginkan yang terbaik untuk publik. Semua gig yang mereka adakan berlangsung di Sheffield sampai Oktober 2004. Pada setiap permainannya, Arctic Monkeys selalu memberikan CD gratis kepada semua yang menginginkannya. Dari sinilah, mereka mulai mendapat ketenaran.

Tidak lama setelah itu, lagu-lagu mereka mulai bertebaran di internet. Seorang fan dengan nick online "The Sheriff" menyebarkan lagu mereka di internet dan dari mulut ke mulut, nama Arctic Monkeys disebarkan.
Penonton mereka pun mulai merambah kalangan lain selain teman dekat mereka. Melihat kesempatan ini, Arctic Monkeys memutuskan untuk berkarir di dunia musik dan menandatangani kesepakatan dengan Domino Records pada Juni 2005.

Arctic Monkeys merupakan salah satu band yang memiliki peranan penting bagi kembalinya era kejayaan alternative rock Britania pada beberapa tahun belakangan ini. Kini kisah perjalanan mereka sudah tidak asing lagi. Kisah seorang Alex Turner, anak pasangan guru sekolah asal High Green, dekat Sheffield, yang membentuk band tersebut pada tahun 2002 bersama beberapa teman sekolahnya yaitu James Cook (gitar), Matt Helders (drums), dan Andy Nicholson (bass).
Tetapi anak-anak muda di Arctic Monkeys tidak terlalu khawatir akan penjualan rekaman mereka. Juga akan rekaman demo yang kerap mereka bagi ke teman-teman dan juga para penggemar di saat pertunjukkan yang lalu dengan aktifnya disebar antar mereka di dunia maya. Gaung mereka tumbuh secara alami, dan pada saat band tersebut digaet Domino Records pada bulan Juni 2005, lagu-lagu andalan mereka seperti “I Bet You Look Good on the Dancefloor”, “When the Sun Goes Down”, “Mardy Bum”, dan “A Certain Romance” menjadi lagu kebangsaan banyak orang.
Publik penikmat musik dikagetkan oleh kekuatan lagu-lagu mereka, yang diujung tombaki oleh lirik-lirik realisme sosial yang nyeleneh dari Alex Turner, dan juga kuatnya intensitas pertunjukkan-pertunjukkan live mereka. Ketika akhirnya dirilis pada bulan Januari 2006, debut album mereka Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not langsung meledak. Menelurkan dua single nomor wahid dan juga menjadi rekaman debut dengan penjualan tercepat dalam sejarah tangga rekaman Britania Raya. Album tersebut dengan mudahnya memuncaki polling-polling akhir tahun di berbagai macam media cetak ternama seperti NME. The Guardian, hingga The Sun. Dan sebagai puncaknya, pada bulan Februari 2007 mereka meraih dua Brit Award.
Setelah itu mereka mengurung diri dari dunia luar untuk mencoba konsentrasi pada album kedua yang akan mereka rekam di London. Pengalaman tersebut membawa mereka merengkuh alur kota tersebut, berjalan-jalan, menjalani hidup, dan bahkan sedikit berpesta. “Saya pikir anda benar-benar dapat mendengarnya pada suara snare drum saya!” canda Matt Helders yang ternyata memang tidak bisa berbohong untuk hal itu.

Perubahan besar lainnya dalam kerangka Arctic Monkeys adalah hadirnya seorang teman lama yang bernama Nick O’Malley sebagai pemain bass. O’Malley bergabung sejak pertengahan tahun lalu untuk menggantikan Andy Nicholson. “Saya mengenal mereka semua sejak saya berumur 10 tahun,” ujar Nick tentang teman-teman di band barunya. “Kami semua tinggal di daerah yang sama, jadi itu tidaklah seperti memasuki sebuah band yang tak saya kenal sama sekali. Sangatlah menyenangkan!”
Favourite Worst Nightmare adalah aksi kedua dalam kisah Arctic Monkeys. Sebuah perjalanan super cepat penuh warna melalui musik punk yang gila dan juga irama kepahlawanan lantai dansa yang penuh gitar. Begitu cepat dan benar-benar keras. Sebuah keriuhan brilian yang menjadi bukti bahwa Arctic Monkeys tidak hanya menawarkan lagu-lagu pop belaka. Setidaknya secara musical ia meneruskan lagu-lagu terakhir yang mereka karang untuk album Whatever…; “View from the Afternoon,” “From the Ritz to the Rubble,” dan “Vampires.” Konsep akan sebuah rekaman yang cepat dan menghentak selalu menjadi bagian dari rencana. Mereka memang memiliki lagu-lagu yang lambat, tetapi sebagaimana yang Alex Turner jelaskan,”Lagu-lagu tersebut kurang asik untuk dibawakan. Maka kami lebih memilih mengerjakan lagu-lagu yang memang asik. Kami tidak terlalu ingin lagu-lagu kami menunjukkan ‘kedewasaan’.”

Arctic Monkeys memutuskan untuk mulai mengerjakan album ketiga mereka setelah menyadari bahwa mereka rindu untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Band asli Sheffield ini mengumumkan bahwa mereka akan kembali masuk studio awal bulan ini. Beberapa hari sebelumnya mereka bertemu di festival Glastonbury di mana frontman Alex Turner manggung bersama dengan The Last Shadow Puppets. Sebuah sumber berkata pada The Sun, "Mereka tidak tinggal berdekatan lagi seperti dulu. Alex tinggal di London dengan istrinya Alexa Chung, sementara Jamie Cook menghabiskan banyak waktunya di Sheffield. "Namun saat mereka bertemu kembali di Glasto, mereka sadar bahwa mereka merindukan satu sama lain sebagai sebuah band. Mereka menikmati waktu yang menyenangkan dan memutuskan untuk memulai album baru secepatnya. Mereka sudah punya banyak lagu dan banyak ide. Sekarang saatnya menyelesaikannya." Album kedua Arctic Monkeys, FAVORITE WORST NIGHTMARE menggebrak menjadi debut nomer satu mereka saat dirilis April 2007 yang lalu.

AC/DC IS BACK !!!

AC/DC, Band Rock asal Australia akhirnya kembali melakukan tour dunia setelah terakhir melakukan tour dunia pada tahun 2008 hingga tahun 2010 dengan tema Black Ice World Tour. Pada tour dunia kali ini, mereka mempromosikan album studio ke-16nya yang bertema ROCK OR BUST. Tetapi ada pergantian personil pada tour kali ini, sang gitaris Malcom Young akan di gantikan oleh sepupunya, Stevie Young dan Phill Rudd sang drummer digantikan oleh mantan personilnya yaitu Chris Slade. Mereka berdua juga pernah dua kali bermain untuk AC/DC pada tour Blow Up Your Video dan Razors Edge. Band yang dimotori oleh Angus Young dan Brian Johnson ini akan melakukan  total 87 show pada tour kali ini, 40 show di Eropa, 36 show di Amerika Utara, dan 11 show di Oseania.



AC/DC akan melancong ke beberapa belahan dunia mulai dari tanggal 10 april 2015 hingga 12 juni 2016. Tour pembuka diadakan di Coachella Valley Music and Arts Festival di Indio, California, US, dan akan berakhir di Ceres Park, Aarhus, Denmark. Rock Or Bust Tour adalah konser yang paling banyak pengujung pada tahun 2015, dengan tiket terjual sebanyak 2,3 juta dan berada di urutan ke-dua pada konser terlaris tahun 2015 dengan pendapatan sebesar USD 180.000.000, hanya di belakang Taylor Swift 1989 World Tour, terlaris pertama dengan pendapatan sebesar  USD 250.733.097.


Tetapi untuk pencinta AC/DC dikawasan Asia tidak akan bisa menikmati musik AC/DC secara langsung, karena AC/DC tidak memasukan kawasan Asia pada konser yang bertajuk Rock Or Bust kali ini. Sedih ya guys, ga bisa nonton Pakde Angus dan Pakde Brian secara langsung.