Sejarah
rock penuh dengan momen-momen brilian. Chuck Berry punya ide
menggabungkan country dengan blues. Bob Dylan membawa musik folk menjadi
elektrik. Nikki Sixx menyadari bahwa lirik "Id say weve kicked some
ass" dapat dibuat rima dengan "Id say were still kickin ass." Bagi Alex
Turner dari Arctic Monkeys, ide cemerlangnya muncul di tahun 2005:
Menjadi besar dengan berpikir kecil. Tulislah lagu-lagu Brit punk
tentang kota
membosankan yang mengurung kita, bar kecil yang susah dimasuki,
gadis-gadis lokal yang ogah berdansa dengan kita. Begitu lagu-lagunya
selesai dibuat, langsung dibagikan secara gratis di MySpace. Biarlah
para penggemar menyebarluaskannya, tanpa harus melalui jalur promosi
yang biasa. Jadilah sebuah sensasi global sebelum berusia 20 tahun.
Bahkan Amerika merangkul band ini, walau tidak peduli apa arti "Mardy
Bum".
Empat tahun telah berlalu sejak "I Bet You Look Good on the Dancefloor". Namun kesuksesan tidak membuat pandangan hidup Arctic Monkeys semakin cerah. Album ketiga mereka yang cemerlang penuh dengan observasi sinis Turner mengenai perilaku manusia – saat dia menatap mata kita dan berkata ketus, "What came first, the chicken or the dickhead?", itu bukan pujian. Spesialisasinya tetap adalah berpikir kecil, mengamati detail-detail seputar bagaimana orang-orang bekerja keras untuk mengacaukan kehidupan mereka. Kini dia bisa lebih mudah masuk ke bar, tapi dia terlalu banyak menghabiskan waktu di sana sehingga tidak menikmatinya. Wanita-wanita yang tidak menolaknya hanya membuatnya sedikit lebih seng-sara dibanding mereka yang menolaknya. Bahkan di saat dia menulis balada cinta megah seperti "Cornerstone", sebuah lirik romantis baginya adalah "I smelled her scent on the seat belt."
Band itu telah menjadi semakin berat, dengan mengambil inspirasi dari Black Sabbath, serta mendapat bobot tambahan dari Josh Homme, pentolan Queens of the Stone Age yang menjadi produser sebagai besar lagu ini di Gurun Mojave. Bottom end terasa lebih dahsyat, dengan banyak suara organ ala rumah hantu dan lengkingan gitar seperti lagu tema James Bond. Tempo-tempo menjadi semakin lambat; "Pretty Visitors" adalah satu-satunya lagu dengan irama punk khas mereka yang dulu. Tapi perbedaan terbesar adalah suara Turner yang semakin berat – kini dia menggunakan suara pelantun ironis yang telah menjadi sumber penghasilan bagi orang-orang cerdas asal Inggris Utara seperti Bryan Ferry, Morrissey dan Jarvis Cocker. Seperti dalam proyek sampingannya, The Last Shadow Puppets, Turner berlagak seperti penyanyi balada sensual pada lagu-lagu apik seperti "Crying Lightning", "Dance Little Liar" dan "Potion Approaching", dengan memperpanjang huruf hidup agar semakin menikmati lirik seperti "If I could be someone else for a week/Id spend it chasing after you."
Momen terbaik pada Humbug adalah "Cornerstone", sebuah balada ala Morrissey di mana dia tergopoh-gopoh dari satu bar ke bar lain, dan selalu bertemu dengan cewek-cewek yang mengingatkannya pada cewek yang dia ingin lupakan. Lagu ini mengingatkan pada lagu-lagu awal Arctic Monkeys, tapi lebih dewasa dengan kecerdasan pahit pada tiap bait: "I thought I saw you in the Rusty Hook/Huddled up in a wicker chair/I wandered over for a closer look/And kissed whoever was there." Dia belum pernah menulis lagu yang begitu memukul seperti ini; dia tidak bisa berpura-pura bahwa dia masih merupakan remaja resah yang berkeluyuran di kotanya, tapi dia juga tidak bisa berpura-pura bahwa kedewasaan telah memecahkan semua masalahnya. Semoga dia tetap sengsara seperti ini, setidaknya untuk beberapa album lagi.
Sejarah
terbentuknya Arctic Monkeys adalah bukti dari dedikasi dan kerja keras.
Jangan percaya apa kata media cetak - mereka tidak mendapat kejayaan
dari media cetak atau media lain. Adalah bantuan dari fans dan talenta
yang membawa mereka sampai tenar. Bagaimana band indie dari Sheffield ini bisa terkenal?
Semuanya bermulai dari hadiah gitar untuk Turner dan Cook pada perayaan natal 2001. Tahun 2002, mereka mulai berlatih dengan bassist Andy Nicholson dan drummer Matt Helders di garasi rumah Alex Turner dengan nama Bang Bang. Waktu itu, mereka hanya memainkan lagu-lagu dari Led Zeppelin dan menyanyi dengan aksen Amerika. Setelah bosan mengkover lagu-lagu orang lain, mereka mulai menulis lagu. Karena tidak ada yang mau menulis lirik, akhirnya Turner mendapat tugas menulis lagu, dan Bang Bang mengubah namanya menjadi Arctic Monkeys, yang oleh mereka dibuat karena Jamie Cook ingin berada dalam sebuah band yang bernama Arctic Monkeys. Saat ini, Alex dan Matt sudah bergabung dengan John McClure dalam sebuah band yang bernama Judan Suki, sekarang dikenal sebagai 1984.
"Membuat lirik itu sedikit sulit." ujar Alex. "Tidak ada yang mau mengaku bahwa mereka yang menulisnya, jadi kami meminta penyanyi lain untuk membuatnya. Tapi aku secara rahasia sudah menulis lirik sejak sekolah dan menikmatinya. Aku tidak pernah memberitahu orang, karena aku takut mereka mencemoohku!"
Meski mereka sudah bersama sejak 2002, AM menginginkan yang terbaik untuk publik. Semua gig yang mereka adakan berlangsung di Sheffield sampai Oktober 2004. Pada setiap permainannya, Arctic Monkeys selalu memberikan CD gratis kepada semua yang menginginkannya. Dari sinilah, mereka mulai mendapat ketenaran.
Tidak lama setelah itu, lagu-lagu mereka mulai bertebaran di internet. Seorang fan dengan nick online "The Sheriff" menyebarkan lagu mereka di internet dan dari mulut ke mulut, nama Arctic Monkeys disebarkan. Penonton mereka pun mulai merambah kalangan lain selain teman dekat mereka. Melihat kesempatan ini, Arctic Monkeys memutuskan untuk berkarir di dunia musik dan menandatangani kesepakatan dengan Domino Records pada Juni 2005.
Semuanya bermulai dari hadiah gitar untuk Turner dan Cook pada perayaan natal 2001. Tahun 2002, mereka mulai berlatih dengan bassist Andy Nicholson dan drummer Matt Helders di garasi rumah Alex Turner dengan nama Bang Bang. Waktu itu, mereka hanya memainkan lagu-lagu dari Led Zeppelin dan menyanyi dengan aksen Amerika. Setelah bosan mengkover lagu-lagu orang lain, mereka mulai menulis lagu. Karena tidak ada yang mau menulis lirik, akhirnya Turner mendapat tugas menulis lagu, dan Bang Bang mengubah namanya menjadi Arctic Monkeys, yang oleh mereka dibuat karena Jamie Cook ingin berada dalam sebuah band yang bernama Arctic Monkeys. Saat ini, Alex dan Matt sudah bergabung dengan John McClure dalam sebuah band yang bernama Judan Suki, sekarang dikenal sebagai 1984.
"Membuat lirik itu sedikit sulit." ujar Alex. "Tidak ada yang mau mengaku bahwa mereka yang menulisnya, jadi kami meminta penyanyi lain untuk membuatnya. Tapi aku secara rahasia sudah menulis lirik sejak sekolah dan menikmatinya. Aku tidak pernah memberitahu orang, karena aku takut mereka mencemoohku!"
Alex Turner
Musim panas 2003 Arctic Monkeys
mulai tampil di berbagai acara. Alex mengatakan ke Alan Smyth dari
studio 2Fly bahwa dia memiliki band lain dengan Andy dan Jamie dan
berencana untuk merekam beberapa lagu. Arctic Monkeys kemudian merekam
20 lagu dengan Alan Smyth dan menyelesaikannya tanggal 23 Oktober 2004. Meski mereka sudah bersama sejak 2002, AM menginginkan yang terbaik untuk publik. Semua gig yang mereka adakan berlangsung di Sheffield sampai Oktober 2004. Pada setiap permainannya, Arctic Monkeys selalu memberikan CD gratis kepada semua yang menginginkannya. Dari sinilah, mereka mulai mendapat ketenaran.
Tidak lama setelah itu, lagu-lagu mereka mulai bertebaran di internet. Seorang fan dengan nick online "The Sheriff" menyebarkan lagu mereka di internet dan dari mulut ke mulut, nama Arctic Monkeys disebarkan. Penonton mereka pun mulai merambah kalangan lain selain teman dekat mereka. Melihat kesempatan ini, Arctic Monkeys memutuskan untuk berkarir di dunia musik dan menandatangani kesepakatan dengan Domino Records pada Juni 2005.
Arctic
Monkeys merupakan salah satu band yang memiliki peranan penting bagi
kembalinya era kejayaan alternative rock Britania pada beberapa tahun
belakangan ini. Kini kisah
perjalanan mereka sudah tidak asing lagi. Kisah seorang Alex Turner,
anak pasangan guru sekolah asal High Green, dekat Sheffield, yang
membentuk band tersebut pada tahun 2002 bersama beberapa teman
sekolahnya yaitu James Cook (gitar), Matt Helders (drums), dan Andy
Nicholson (bass).
Tetapi
anak-anak muda di Arctic Monkeys tidak terlalu khawatir akan penjualan
rekaman mereka. Juga akan rekaman demo yang kerap mereka bagi ke
teman-teman dan juga para penggemar di saat pertunjukkan yang lalu
dengan aktifnya disebar antar mereka di dunia maya. Gaung mereka tumbuh
secara alami, dan pada saat band tersebut digaet Domino Records pada
bulan Juni 2005, lagu-lagu andalan mereka seperti “I Bet You Look Good
on the Dancefloor”, “When the Sun Goes Down”, “Mardy Bum”, dan “A
Certain Romance” menjadi lagu kebangsaan banyak orang.
Publik
penikmat musik dikagetkan oleh kekuatan lagu-lagu mereka, yang diujung
tombaki oleh lirik-lirik realisme sosial yang nyeleneh dari Alex Turner,
dan juga kuatnya intensitas pertunjukkan-pertunjukkan live mereka.
Ketika akhirnya dirilis pada bulan Januari 2006, debut album mereka
Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not langsung meledak.
Menelurkan dua single nomor wahid dan juga menjadi rekaman debut dengan
penjualan tercepat dalam sejarah tangga rekaman Britania Raya. Album
tersebut dengan mudahnya memuncaki polling-polling akhir tahun di
berbagai macam media cetak ternama seperti NME. The Guardian, hingga The
Sun. Dan sebagai puncaknya, pada bulan Februari 2007 mereka meraih dua
Brit Award.
Setelah itu mereka mengurung diri dari dunia luar untuk mencoba konsentrasi pada album kedua yang akan mereka rekam di London. Pengalaman
tersebut membawa mereka merengkuh alur kota tersebut, berjalan-jalan,
menjalani hidup, dan bahkan sedikit berpesta. “Saya pikir anda
benar-benar dapat mendengarnya pada suara snare drum saya!” canda Matt
Helders yang ternyata memang tidak bisa berbohong untuk hal itu.
Perubahan
besar lainnya dalam kerangka Arctic Monkeys adalah hadirnya seorang
teman lama yang bernama Nick O’Malley sebagai pemain bass. O’Malley
bergabung sejak pertengahan tahun lalu untuk menggantikan Andy
Nicholson. “Saya mengenal mereka semua sejak saya berumur 10 tahun,”
ujar Nick tentang teman-teman di band barunya. “Kami semua tinggal di
daerah yang sama, jadi itu tidaklah seperti memasuki sebuah band yang
tak saya kenal sama sekali. Sangatlah menyenangkan!”
Favourite
Worst Nightmare adalah aksi kedua dalam kisah Arctic Monkeys. Sebuah
perjalanan super cepat penuh warna melalui musik punk yang gila dan juga
irama kepahlawanan lantai dansa yang penuh gitar. Begitu cepat dan
benar-benar keras. Sebuah keriuhan brilian yang menjadi bukti bahwa
Arctic Monkeys tidak hanya menawarkan lagu-lagu pop belaka. Setidaknya
secara musical ia meneruskan lagu-lagu terakhir yang mereka karang untuk
album Whatever…; “View from the Afternoon,” “From the Ritz to the
Rubble,” dan “Vampires.” Konsep akan sebuah rekaman yang cepat dan
menghentak selalu menjadi bagian dari rencana. Mereka memang memiliki
lagu-lagu yang lambat, tetapi sebagaimana yang Alex Turner
jelaskan,”Lagu-lagu tersebut kurang asik untuk dibawakan. Maka kami
lebih memilih mengerjakan lagu-lagu yang memang asik. Kami tidak terlalu
ingin lagu-lagu kami menunjukkan ‘kedewasaan’.”
Arctic
Monkeys memutuskan untuk mulai mengerjakan album ketiga mereka setelah
menyadari bahwa mereka rindu untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Band
asli Sheffield ini mengumumkan bahwa mereka akan kembali masuk studio awal bulan ini. Beberapa hari sebelumnya mereka bertemu di festival Glastonbury di mana frontman Alex Turner manggung bersama dengan The Last Shadow Puppets. Sebuah sumber berkata pada The Sun, "Mereka tidak tinggal berdekatan lagi seperti dulu. Alex tinggal di London dengan istrinya Alexa Chung, sementara Jamie Cook menghabiskan banyak waktunya di Sheffield.
"Namun saat mereka bertemu kembali di Glasto, mereka sadar bahwa mereka
merindukan satu sama lain sebagai sebuah band. Mereka menikmati waktu
yang menyenangkan dan memutuskan untuk memulai album baru secepatnya.
Mereka sudah punya banyak lagu dan banyak ide. Sekarang saatnya
menyelesaikannya." Album kedua Arctic Monkeys, FAVORITE WORST NIGHTMARE menggebrak menjadi debut nomer satu mereka saat dirilis April 2007 yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar