Presiden Joko Widodo memutuskan untuk membatalkan pembangunan
megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS). Melalui Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas)
Andrinof Chaniago pemerintah mengatakan bahwa pembatalan tersebut
dilakukan karena ada alternatif lain yang disiapkan.
Menteri
Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil juga telah memastikan pemerintah
tidak akan melanjutkan pembangunan megaproyek Jembatan Selat Sunda.
Penghentian proyek senilai Rp 200 triliun tersebut disebabkan oleh
banyak pertimbangan, salah satunya tidak selarasnya dengan konsep kemaritiman yang digagas Presiden Joko Widodo saat ini. Andrinof Chaniago juga mengaminkan argumen tersebut.
Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga berpendapat
bahwa pembangunan Jembatan Selat Sunda akan mengakibatkan pembangunan
terkonsentrasi di Indonesia barat terutama Jawa dan Sumatra. Menurutnya
hal tersebut justru akan meningkatkan ketimpangan pembangunan antara
kawasan barat dan timur negeri ini.
Sebagai pengganti Jembatan Selat Sunda yang batal dibuat Andrinof Chaniago mengatakan, pemerintah menyiapkan perbaikan dermaga di pelabuhan Merak dan Bakauheni.
Dia
mengatakan, pemerintahan Jokowi akan mengurangi kapal-kapal tua dan
menambah dermaga di dua pelabuhan tersebut. Menurut Andrinof anggaran
yang dilakukan dengan menambah dermaga jauh lebih kecil dan efisien
dibandingkan dengan membangun JSS. Andrinof sendiri belum memastikan
sumber pendanaan yang akan digunakan untuk rencana perbaikan dermaga di
Merak dan Bakauheni. Akan tetapi ia menyatakan kemungkinan proyek
tersebut akan masuk ke dalam daftar proyek yang akan dibiayai APBN 2015.
Menteri
Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan juga menyetujui rencana pemerintah
untuk membatalkan pembangunan JSS tersebut. Menurut Jonan, prioritas
pemerintah untuk pengembangan infrastruktur laut, yang di antaranya
membangun pelabuhan dan perbaikan kapal-kapal itu merupakan cerminan
konsistensi pemerintah untuk mengembangkan sektor kelautan melalui
pembangunan infrastruktur pelabuhan.
Terkatung-katung Sejak Pemerintahan SBY
Sejak
pemerintahan SBY sebenarnya rencana pembangunan JSS ini sudah ditinjau
ulang. Menko Bidang Perekonomian saat itu yaitu Chairul Tanjung lebih
mendukung adanya perbaikan di Pelabuhan Merak dan Bakauheni.
Menurut
Chairul saat itu untuk Pelabuhan Bakauheni yang memiliki 5 dermaga
masih memungkinkan untuk diperluas sehingga bisa membuat 5 dermaga
tambahan. Total dermaga yang direncanakan untuk pelabuhan di Lampung
tersebut berjumlah 10.
Sementara untuk Pelabuhan Merak, dia
menilai pelabuhan tersebut sudah tidak memadai lagi. Pelabuhan tersebut
kecil dan sudah tidak bisa diperluas lagi. Selain itu, ada kawasan di
tengah pelabuhan yang tidak bisa dimiliki oleh pemerintah. Karena itu
Chairul sempat mengajukan rencana untuk melakukan pembebasan lahan.
Nasib
pembangunan JSS yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatra tersebut
memang terkatung-katung sejak menjelang akhir pemerintahan SBY. Dalam rapat koordinasi terakhir ada dua opsi yang disepakati yaitu pembuatan feasibility study
yang akan dibiayai oleh APBN atau mengkolaborasikan BUMN dengan
konsorsium pemrakarsa, PT Graha Banten Lampung Sejahtera, yang sebagian
besar sahamnya dimiliki taipan Tomy Winata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar